Apa itu Purposive Sampling

√ Apa itu Purposive Sampling? Tujuan dan Jenisnya Lengkap

Posted on

Finoo.id – √ Apa itu Purposive Sampling? Tujuan dan Jenisnya Lengkap. Seperti yang umumnya diketahui, tiap riset memerlukan suatu objek penelitian, yang dapat berupa manusia, perusahaan, lembaga, atau lainnya. Salah satu metode pengambilan sampel yang sering digunakan dalam penelitian adalah teknik purposive sampling.

Artikel ini akan mengulas teknik pengambilan sampel purposive sampling. Namun, sebelum memahami apa itu purposive sampling, sebaiknya kita memiliki pemahaman awal terkait pengambilan sampel secara umum.

Apa itu Purposive Sampling?

Purposive sampling merupakan salah satu metode non-random sampling di mana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian, bertujuan untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan penelitian. Berdasarkan konsep purposive sampling tersebut, terdapat dua aspek penting, yakni non-random sampling dan penetapan ciri khusus sesuai dengan tujuan penelitian oleh peneliti itu sendiri.

Non-random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian. Sementara itu, ciri khusus sengaja ditentukan oleh peneliti agar sampel yang diambil dapat memenuhi kriteria-kriteria yang mendukung atau sesuai dengan penelitian. Kriteria ini sering disebut dengan istilah kriteria inklusi dan eksklusi.

Pengertian Teknik Purposive Berdasarkan Ahli

Agar pembaca dapat lebih memahami konsep purposive sampling, mari kita eksplorasi beberapa definisi dari pakar statistika terkemuka. Berikut adalah pengertian teknik pengambilan sampel purposive berdasarkan beberapa ahli:

  1. Arikunto:
    Menurut Arikunto (2006), purposive sampling diartikan sebagai teknik pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada random, daerah, atau strata. Sebaliknya, metode ini berfokus pada pertimbangan tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan penelitian dengan lebih efektif.
  2. Notoatmodjo:
    Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa purposive sampling melibatkan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan khusus, seperti sifat-sifat populasi atau karakteristik yang telah diketahui sebelumnya. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk memilih sampel yang lebih relevan dengan tujuan penelitian.
  3. Sugiyono:
    Menurut Sugiyono (2010), purposive sampling adalah suatu teknik yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian dengan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu. Tujuannya adalah agar data yang diperoleh dapat lebih representatif sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Dengan merujuk pada definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa purposive sampling melibatkan pemilihan sampel dengan pertimbangan yang spesifik dan terarah, bertujuan untuk mencapai tujuan penelitian dengan efektif dan mendapatkan data yang sesuai dengan karakteristik yang diinginkan.

Tujuan Purposive Sampling

Penerapan metode purposive sampling dalam penelitian memiliki tujuan khusus, yaitu memilih sampel penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti secara spesifik, dengan harapan menghasilkan sampel yang mampu mewakili seluruh populasi.

Baca Juga :   Cara Mengatasi Error 26 Pada Meteran Listrik Yang Tepat

Purposive sampling dapat efektif mengungkap dan menyelesaikan masalah yang menjadi fokus penelitian. Diharapkan bahwa sampel yang dipilih dapat memberikan representasi yang berharga karena mampu menggambarkan permasalahan secara jelas, sehingga mencapai tujuan penelitian menjadi lebih mudah.

Pemilihan sampel melalui teknik purposive sampling didasarkan pada pengamatan atau penilaian peneliti terhadap ciri-ciri dan aspek yang relevan dengan penelitian. Oleh karena itu, latar belakang pengetahuan mengenai sampel menjadi faktor kritis untuk menemukan sampel yang sesuai dan dapat memenuhi tujuan penelitian dengan baik.

Jenis Purposive Sampling

Setelah memahami tujuan dari purposive sampling, penting untuk memahami beberapa jenis teknik pengambilan sampel ini. Jenis purposive sampling dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis kasusnya, dan beberapa di antaranya dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sampel Homogen

Sampel homogen memiliki fokus pada satu kelompok khusus atau kelompok yang memiliki kesamaan (homogen). Karakteristik dalam sampel ini dipilih karena memiliki kesamaan atau ciri-ciri yang serupa. Contohnya, kesamaan dalam budaya, usia, pekerjaan, dan sebagainya.

2. Sampel Heterogen (Maksimum)

Sampel heterogen mengkalianlkan penilaian peneliti untuk memilih data dengan karakteristik yang beragam (heterogen). Tujuan dari sampel ini adalah untuk memperluas pemahaman terhadap suatu fenomena yang sedang diteliti. Sebagai contoh, ketika seorang peneliti ingin mengeksplorasi pendapat dan penilaian seseorang terkait Pemindahan Ibu kota Indonesia.

3. Kasus Ekstrim (Menyimpang)

Jenis sampel pada kasus ekstrim mengambil sampel dari kejadian-kejadian yang jarang terjadi atau tidak umum dalam masyarakat. Pada jenis ini, tujuan pemeriksaan kasus tersebut adalah agar dapat memahami kasus yang lebih umum dengan merujuk pada situasi yang luar biasa. Sebagai contoh, ketika seorang peneliti tertarik untuk mengeksplorasi pkalianngan seseorang mengenai LGBTQ.

  • Kasus Khusus (Tipikal)
    Jenis sampel pada kasus ini berasal dari situasi normal dan rata-rata. Pengambilan sampel ini bertujuan untuk memeriksa kasus-kasus yang mewakili tingkat kebiasaan atau keumuman dari suatu populasi. Sebagai contoh, seorang peneliti mungkin ingin menyelidiki dampak kurikulum pendidikan pada siswa yang memiliki tingkat prestasi yang biasa atau rata-rata.
  • Purposive Sampling Total
    Jenis sampel pada kasus ini diambil dari keseluruhan populasi atau total populasi dengan tujuan tertentu yang memiliki kesamaan. Sebagai contoh, seorang peneliti mungkin ingin meneliti kasus-kasus dengan ruang lingkup investigasi yang relatif kecil namun mewakili keseluruhan populasi.
  • Kasus Kritis
    Jenis sampel pada kasus ini difokuskan pada situasi yang dramatis atau sangat penting, sehingga menjadi sangat relevan dalam penelitian. Contoh penerapannya adalah ketika seorang peneliti ingin mendalami kasus kritis untuk mendapatkan wawasan baru atau perspektif yang mendalam.
  • Purposive Sampel Expert (Ahli)
    Jenis sampel ini melibatkan pengambilan sampel dari individu yang ahli atau pakar di bidang tertentu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus yang jarang dimiliki oleh orang lain. Sebagai ilustrasi, jika seorang peneliti ingin mengeksplorasi isu-isu dalam teknologi informatika, maka dia akan memilih subjek yang merupakan para ahli di bidang informatika untuk menjadi bagian dari sampel penelitiannya.
Baca Juga :   Pengertian RFID Reader: Cara Kerja dan Fungsinya Lengkap

Langkah-langkah dalam Purposive Sampling

Sebelum memulai suatu penelitian, seorang peneliti perlu melalui beberapa langkah penting untuk memastikan kelancaran tahap pengambilan sampel dengan menggunakan teknik tertentu. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diambil:

  1. Pertama, peneliti harus menetapkan tujuan penelitian secara jelas. Langkah ini menjadi dasar untuk mengarahkan seluruh proses penelitian ke arah yang terfokus dan bermakna.
  2. Kedua, setelah tujuan penelitian ditetapkan, peneliti perlu mengidentifikasi kriteria-kriteria yang mendukung pencapaian tujuan tersebut. Kriteria-kriteria ini harus ditetapkan secara spesifik, menghindari kebingungan atau generalisasi yang dapat muncul dalam populasi yang diteliti.
  3. Ketiga, peneliti perlu menentukan populasi yang akan menjadi fokus penelitian. Spesifikasi populasi ini harus sesuai dengan tujuan penelitian, memastikan bahwa informasi yang diperoleh dapat diterapkan dengan relevan pada kelompok yang dituju.
  4. Keempat, peneliti harus menentukan jumlah sampel yang memadai untuk penelitian. Sampel tersebut harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga representatif terhadap populasi yang lebih besar dan dapat memberikan hasil yang dapat dikalianlkan.

Dengan melibatkan langkah-langkah ini, seorang peneliti dapat membangun dasar yang kuat untuk pengambilan sampel dengan teknik tertentu, menjadikan penelitian lebih terarah dan bermakna sesuai dengan tujuannya.

Syarat Purposive Sampling

Terdapat beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan sampel melalui teknik pengambilan sampel ini. Persyaratan-persyaratan untuk menentukan sampel dalam teknik pengambilan sampel dapat diulas sebagai berikut:

  1. Penentuan Karakteristik Populasi:
    Pemilihan karakteristik populasi harus dilakukan dengan cermat dan teliti dalam penelitian. Anggota populasi yang dipilih harus memenuhi kriteria yang disesuaikan dengan kebutuhan peneliti.
  2. Pengambilan Sampel Berdasarkan Ciri-Ciri Tertentu:
    Proses pengambilan sampel harus dilakukan berdasarkan ciri-ciri, karakteristik, dan sifat-sifat tertentu yang mendasari tujuan penelitian. Hal ini bertujuan agar sampel yang diambil dapat merepresentasikan bagian yang signifikan dari populasi.
  3. Pemilihan Sampel Berdasarkan Pertimbangan Tertentu:
    Pemilihan sampel bisa dilakukan berdasarkan individu, kelompok, atau wilayah dengan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu yang sesuai dengan latar belakang yang diinginkan oleh peneliti.
  4. Ketepatan Sampel Terhadap Karakteristik Populasi:
    Sampel yang diambil harus benar-benar mencerminkan ciri-ciri terbanyak atau dominan dari populasi yang bersangkutan. Hal ini penting agar hasil penelitian dapat secara akurat merepresentasikan kondisi umum dari keseluruhan populasi.

Dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan ini, penelitian dapat menjalani proses pengambilan sampel dengan lebih cermat dan terfokus, memberikan keakuratan dan relevansi yang lebih besar terhadap populasi yang diteliti.

Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling

Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum menerapkannya, sebagai berikut.

Kelebihan:

  1. Sampel Sesuai Tujuan Penelitian:
    Purposive sampling memastikan bahwa sampel yang terpilih sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini memungkinkan peneliti untuk fokus pada karakteristik yang relevan dengan maksud penelitian.
  2. Teknik Pengambilan Sampel Mudah Dilakukan:
    Teknik pengambilan sampel dalam purposive sampling relatif mudah dilakukan. Peneliti dapat dengan cepat dan efisien menetapkan kriteria yang diperlukan untuk pemilihan sampel.
  3. Sampel Mudah Diakses:
    Sampel yang terpilih biasanya merupakan personal atau individu yang mudah dijumpai oleh peneliti. Ini mempermudah pelaksanaan penelitian dan interaksi dengan subjek penelitian.
  4. Tujuan Penelitian Lebih Mudah Tercapai:
    Dengan pemilihan sampel yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti, tujuan penelitian dapat dicapai dengan lebih mudah dan efektif.
  5. Proses Penelitian Lebih Efisien:
    Proses penelitian menjadi lebih efisien karena sampel yang terpilih lebih mudah dijumpai dan diteliti. Ini menghemat waktu dan sumber daya yang mungkin digunakan dalam metode pengambilan sampel yang lebih kompleks.
Baca Juga :   Cara Setting HDMI Laptop Windows 10 ke TV Yang Tepat

Kekurangan:

  1. Tidak Menjamin Representativitas Jumlah Sampel:
    Jumlah sampel yang dipilih tidak menjamin representativitas, sehingga hasil penelitian mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan karakteristik populasi.
  2. Kalah Dibandingkan Random Sampling:
    Pemilihan sampel masih kalah dibandingkan dengan random sampling dalam hal mewakili variasi yang lebih luas dalam populasi.
  3. Tidak Termasuk Bagian Sampling Acak:
    Purposive sampling tidak melibatkan elemen sampling acak, sehingga tidak dapat memberikan kesempatan yang setara bagi semua anggota populasi untuk dipilih.
  4. Tidak Dapat Digeneralisasikan untuk Statistik:
    Hasil dari purposive sampling tidak dapat dengan mudah digeneralisasikan untuk menyimpulkan statistik yang bersifat umum karena sifatnya yang tidak acak dan terfokus pada karakteristik tertentu.

BACA JUGA :

Penutup

Dalam mengakhiri artikel ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Purposive Sampling merupakan suatu metode pengambilan sampel yang sangat terarah dan diatur berdasarkan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Meskipun memiliki kelebihan dalam kemudahan pelaksanaan dan ketepatan sesuai dengan fokus penelitian, metode ini juga menghadirkan kekurangan, terutama dalam representativitas jumlah sampel dan ketidakmampuannya untuk digeneralisasikan secara statistik.

Dalam konteks penelitian, pemahaman mendalam tentang Apa itu Purposive Sampling menjadi kunci utama untuk memilih metode yang tepat sesuai dengan tujuan dan sifat penelitian yang sedang dijalankan.

Kesadaran akan kelebihan dan kekurangan metode ini menjadi lkaliansan penting bagi peneliti dalam mengambil keputusan yang bijaksana, serta memastikan bahwa hasil penelitian mencerminkan kerangka kerja dan pertanyaan penelitian yang diajukan.

Semoga artikel finoo.id ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Purposive Sampling dan membantu pembaca dalam memahami esensi teknik pengambilan sampel ini dalam konteks penelitian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *