Cara Membaca Spesifikasi Speaker

√ Cara Membaca Spesifikasi Speaker Agar Tak Salah Pilih

Posted on

Finoo.id – √ Cara Membaca Spesifikasi Speaker Agar Tak Salah Pilih. Peralatan audio yang akrab bagi kita adalah speaker, sebuah perangkat yang berfungsi mengubah sinyal listrik audio menjadi suara sesuai. Peran speaker bersifat pasif, hanya menerima beban dari power amplifier dan menghasilkan suara sesuai kapabilitasnya.

Inilah yang dikenal sebagai spesifikasi loudspeaker, di mana pemahaman tentang kemampuan loudspeaker dan amplifier sebagai penggeraknya menjadi kunci. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami jenis speaker yang dibutuhkan agar hasil akhirnya sesuai, enak didengar, dan aman tanpa risiko kerusakan besar.

Cara Membaca Spesifikasi Speaker

Loudspeaker dibuat dengan variasi yang disesuaikan secara umum dengan kebutuhan dan kemampuan audio. Meskipun demikian, beberapa faktor seperti bahan, desain, dan ukuran dapat menunjukkan kualitas yang membuat sebuah produk speaker lebih unggul dibandingkan yang lain. Untuk menghindari kesalahan dalam memilih, disarankan untuk membaca banyak informasi, termasuk yang telah dijelaskan di bawah ini!

1. Sensitivity /SPL(Sound Pressure Level)

Sensitivitas diukur dalam dB (desibel) dan merupakan salah satu elemen paling penting, meskipun sering diabaikan, dalam daftar spesifikasi speaker. Sensitivitas speaker mencerminkan seberapa keras suara yang dapat dihasilkan oleh speaker, baik dalam lingkungan tanpa gema maupun dalam ruangan tertutup. Beberapa produsen menetapkan sensitivitas speaker yang diukur dalam kondisi ruangan rata-rata, sementara yang lain mengukurnya dalam lingkungan tanpa gema. Sensitivitas yang diukur dalam ruangan cenderung memberikan hasil 2 hingga 3 dB lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan tanpa gema.

Semakin tinggi nilai sensitivitas, semakin keras suara yang dapat dihasilkan oleh speaker. Speaker umumnya memiliki sensitivitas sekitar 87 dB hingga 88 dB. Speaker dengan sensitivitas lebih dari 90 dB dianggap sangat baik, terutama jika digunakan sebagai speaker performa atau dalam sistem suara lapangan.

Untuk mempermudah pemahaman tentang seberapa keras 88 dB, berikut adalah panduan umum untuk tingkat desibel yang dapat membantu kalian memahami tingkat kebisingan: jika keheningan diukur sebagai 0 dB, suara berbisik berada di kisaran 15-25 dB, tingkat kebisingan di halaman rumah/kantor berkisar 40-60 dB. Suara berbicara normal mencapai 65-70 dB, mesin pemotong rumput mencapai 90 dB, dan klakson mobil mencapai 110 dB.

Secara sederhana, semakin tinggi nilai SPL (Sound Pressure Level), semakin keras suara yang dihasilkan oleh speaker. Untuk keperluan dalam ruangan, idealnya menggunakan sensitivitas speaker/SPL 90 dB ke bawah, sedangkan untuk keperluan lapangan, disarankan menggunakan sensitivitas speaker/SPL 90 dB ke atas.

2. Impedansi Loudspeaker (Impedance)

Impedansi, yang diukur dalam ohm (Ω), adalah spesifikasi loudspeaker yang sangat penting dan perlu diperhatikan. Impedansi, dituliskan sebagai Z dalam rumus, memiliki satuan yang sama dengan resistansi pada resistor (R), yaitu Ω (Ohm), meskipun keduanya berbeda konsep. Impedansi mewakili beban induktif pada komponen yang beroperasi berdasarkan induksi kumparan, seperti pada loudspeaker, sementara beban resistif berkaitan dengan hambatan listrik, seperti pada resistor.

Untuk memahami makna impedansi pada loudspeaker, kita dapat membuat analogi dengan selang dan air. Bayangkan speaker sebagai selang, dan arus listrik/sinyal audio sebagai air yang mengalir melaluinya. Sinyal audio, pada dasarnya, adalah air yang akan diubah menjadi suara oleh speaker.

Baca Juga :   √ Mengenal Driver Amplifier Class TD Cara Kerja & Kelebihanya

Jika selang memiliki lubang yang sempit (resistansi tinggi), maka jumlah air yang mengalir melalui selang akan lebih sedikit. Sebaliknya, jika selang memiliki lubang yang lebih besar (resistansi rendah), maka lebih banyak air dapat mengalir melewatinya.

Sama halnya dengan speaker, jika memiliki impedansi rendah, lebih banyak arus dari amplifier akan melewati speaker. Sebaliknya, jika speaker memiliki impedansi tinggi, arus dari amplifier akan lebih sedikit. Oleh karena itu, semakin rendah impedansi speaker, semakin banyak arus yang dapat mengalir melaluinya.

Kesimpulannya: Impedansi rendah = Arus besar. Impedansi tinggi = Arus kecil.

Sekarang, pertanyaannya adalah, apakah kalian sebaiknya membeli speaker dengan impedansi tinggi atau impedansi rendah?

Speaker seharusnya tidak memiliki impedansi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Jika memiliki impedansi rendah (resistansi kecil / arus besar), ini dapat menimbulkan beban berlebih pada amplifier kalian karena mengharuskan amplifier untuk mendorong lebih banyak arus. Hal ini dapat menyebabkan amplifier menjadi overheat atau terlalu panas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan atau kegagalan.

Namun, apakah ini berarti impedansi yang lebih tinggi lebih baik? Jawabannya tidak. Karena speaker hanya memerlukan jumlah arus yang cukup untuk menghasilkan suara yang keras. Impedansi tinggi berarti aliran daya rendah, yang pada akhirnya dapat menghasilkan volume yang rendah.

Oleh karena itu, speaker sebaiknya memiliki impedansi yang optimal. Speaker dengan impedansi 6-8 ohm dianggap paling optimal. Speaker yang beroperasi pada rentang impedansi ini dianggap lebih aman.

Apakah impedansi di bawah 6 ohm tidak aman? Jawabannya benar, karena ini tidak seaman speaker dengan impedansi 8 Ohm. Semakin rendah impedansi speaker, semakin besar daya output yang dibutuhkan oleh amplifier, yang berarti suara yang dihasilkan menjadi lebih keras, tetapi beban kerja amplifier juga meningkat. Jika impedansi terlalu rendah dari spesifikasi amplifier, ini bisa merusak amplifier. Oleh karena itu, penting untuk memahami batas kemampuan daya amplifier yang kalian miliki.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seimbang antara impedansi speaker dan kemampuan amplifier adalah kunci untuk mencapai titik optimal dalam pengaturan audio kalian.

3. Respon Frekuensi Loudspeaker (Freqwensi Response)

Kadang-kadang juga disebut sebagai rentang frekuensi, yang diukur dalam Hertz (Hz). Spesifikasi speaker ini menunjukkan seberapa rendah dan tinggi speaker dapat memainkan suara, dinyatakan dalam format “Hz – kHz”, di mana * adalah angka yang bersangkutan.

Ambil contoh spesifikasi speaker dengan rentang 65Hz-20kHz. Angka 65Hz pada awal mencerminkan output bass, menunjukkan seberapa rendah speaker dapat memainkan frekuensi. Semakin rendah angkanya, semakin dalam suara bass yang dapat diproduksi. Sementara angka 20kHz (20.000 Hz) mewakili frekuensi suara treble tertinggi.

Diketahui bahwa telinga manusia dapat mendengar frekuensi antara 20Hz dan 20kHz. Namun, frekuensi rendah (bass) di bawah 30Hz mungkin akan terdengar dan terasa kurang.

Oleh karena itu, speaker yang dapat mencapai 50 Hz atau lebih rendah dianggap baik, dan tidak perlu menambahkan subwoofer kecuali jika kalian benar-benar ingin mendengarkan bass yang paling dalam.

Baca Juga :   √ Panduan Perbaikan Speaker Berbagi Kerusakan Paling Tepat

Selalu pastikan ada tkalian “+/-” setelah angka rentang frekuensi. Jika tidak ada penyimpangan “+/-“, maka spesifikasi tersebut tidak memberikan gambaran yang sepenuhnya akurat.

Speaker biasanya memiliki nilai +/- 3 dB atau +/- 4 dB setelah rentang frekuensi. Sebagai contoh, speaker dengan respons frekuensi “40Hz-20kHz +/- 3 dB” menunjukkan bahwa setiap nada yang dihasilkan oleh speaker akan berada dalam 3 dB dari suara lain di seluruh rentang frekuensi. Artinya, telinga kalian tidak akan kehilangan sedikitpun suara.

4. Penanganan Daya (Power Handling)

Diukur dalam satuan Watt (W), spesifikasi penanganan daya (power handling) pada speaker menunjukkan seberapa besar daya yang dapat ditanggung oleh speaker tanpa menyebabkan kerusakan. Speaker berisiko rusak jika menerima daya melebihi yang tercantum dalam spesifikasi.

Speaker umumnya dilengkapi dengan dua peringkat daya (power rating) – RMS atau kontinu, dan Puncak.

Peringkat RMS menentukan daya kontinu yang dapat ditangani oleh speaker tanpa merusaknya, sedangkan Peringkat Daya Puncak (peak power rating) mencerminkan jumlah daya maksimum yang dapat ditanggung oleh speaker dalam sekejap. Namun, peringkat puncak ini seringkali tidak berguna dalam penggunaan praktis.

Perlu dicatat bahwa peringkat daya speaker terkadang bisa menyesatkan. Ada kemungkinan bahwa kalian mungkin percaya bahwa speaker dengan peringkat 10 watt akan bersuara lebih keras daripada speaker dengan peringkat 7 watt. Namun, penting untuk mengetahui apakah peringkat ini merujuk pada RMS atau daya puncak. Oleh karena itu, pastikan speaker kalian memiliki peringkat daya yang disebutkan dalam RMS untuk penilaian yang akurat, misalnya, 10W RMS.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penanganan daya setidaknya harus sama dengan daya output amplifier, dan sebaiknya tidak lebih rendah dari daya output amplifier untuk menjaga keamanan speaker itu sendiri.

5. Signal-To-Noise Ratio (SNR)

Ini mengacu pada suara yang diproduksi oleh speaker, yang melibatkan beberapa tingkat kebisingan.

Dengan kata lain, sinyal audio dikirim ke speaker, yang kemudian mengubahnya menjadi suara yang kita dengar. Namun, suara yang kita dengar tidak hanya terdiri dari sinyal audio murni yang diterima oleh speaker; sebenarnya, itu juga mencakup beberapa tingkat kebisingan. Kebisingan atau noise ini dihasilkan oleh komponen internal speaker atau perangkat.

Oleh karena itu, spesifikasi ini menjelaskan seberapa banyak kebisingan yang ada pada output (suara yang kita dengar) dari suatu perangkat sehubungan dengan level sinyal. Ini juga diukur dalam desibel (dB).

Jadi, jika sebuah speaker memiliki peringkat SNR 120 dB, itu berarti bahwa tingkat sinyal audio 120 dB lebih tinggi daripada tingkat kebisingan. Semakin tinggi angkanya, semakin baik.

6. Ukuran Loudspeaker/Diameter

Ukuran atau diameter speaker lebih umumnya diungkapkan dalam satuan INCH. Ada keyakinan bahwa speaker yang lebih besar dan lebih berat cenderung menghasilkan suara yang lebih baik dibandingkan dengan speaker yang lebih kecil dan ringan. Menurut pkalianngan saya, ini berkaitan dengan kapasitas; semakin besar ukuran speaker, semakin besar kapasitasnya.

Seringkali, orang menyimpang dalam mengartikan perbedaan antara ukuran speaker dan impedansi speaker. Impedansi speaker sebenarnya tidak memiliki korelasi dengan ukuran speaker; keduanya merupakan hal yang berbeda. Dengan pemahaman tentang apa itu impedansi speaker, yang tentu saja tidak sama dengan ukuran speaker, dapat membantu menghindari penafsiran yang keliru.

Baca Juga :   √ Cara Menyambung Banyak Speaker Sound System Dengan Tepat

7. Ukuran Komponen Loudspeaker

Bahan speaker sering kali melibatkan faktor seperti diameter cone, diameter voice coil, berat magnet, atau medan magnet, yang semuanya memengaruhi spesifikasi yang telah dibahas sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya tidak perlu terlalu memerhatikan hal ini secara mendalam, karena dalam aturan praktisnya, faktor-faktor ini tidak begitu krusial.

Kabinet/Box Speaker (Informasi Tambahan yang Tidak Termasuk dalam Spesifikasi Loudspeaker): Seringkali, perhatian orang terfokus pada spesifikasi umum seperti daya penanganan (watt), impedansi (ohm), dan diameter (inch), padahal terdapat elemen lain yang memengaruhi kualitas suara, yaitu box speaker. Pembuatan box speaker tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Ada perhitungan khusus yang penting diperhatikan, seperti volume dari box speaker, terutama ketika berbicara tentang kualitas suara bass (frekuensi rendah), termasuk kualitas bahan yang digunakan. Pada blog ini, telah diunggah banyak penjelasan tentang berbagai jenis box speaker, tujuan penggunaan, keistimewaan, dan sebagainya, yang dapat diakses dalam kategori “speaker”. Silakan eksplorasi dan ambil informasi yang dibutuhkan untuk sistem audio kalian.

Sebuah loudspeaker yang berkualitas, jika ditempatkan pada box yang kurang baik, akan menghasilkan suara yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, kualitas kabinet juga sangat penting setelah loudspeaker itu sendiri. Pastikan box speaker kalian terbuat dari bahan yang padat, seperti kayu. Hindari penggunaan material yang tipis dan kurang padat, yang dapat bergetar saat speaker beraksi. Meskipun box speaker hampir tidak memengaruhi nada tinggi, namun ini memiliki dampak yang signifikan pada nada bass. Ini tidak berarti bahwa box speaker harus terbuat dari kayu; ada banyak bahan lain yang cocok untuk box speaker, seperti triplek atau MDF.

Baca Juga :

Penutup

Dengan demikian, untuk memahami dan memanfaatkan sepenuhnya performa speaker, penting untuk menguasai cara membaca spesifikasi speaker.

Melibatkan diri dalam rincian yang telah dibahas, mulai dari impedansi hingga daya penanganan, dan tidak lupa mempertimbangkan faktor seperti ukuran dan bahan speaker, akan memberikan pkalianngan yang lebih jelas tentang kemampuan dan karakteristik perangkat audio tersebut.

Ingatlah bahwa ketika kalian memilih speaker, tidak hanya tentang angka-angka di atas kertas, tetapi juga mengenai kesesuaian dengan kebutuhan dan preferensi audio kalian.

Dengan demikian, pemahaman mendalam terhadap spesifikasi speaker tidak hanya akan membantu kalian membuat keputusan yang lebih cerdas, tetapi juga memastikan pengalaman mendengarkan yang memuaskan dan sesuai dengan ekspektasi kalian.

Jadi, sekarang kalian telah membaca panduan ini, semoga kalian dapat lebih percaya diri dalam memilih dan memahami spesifikasi speaker untuk meningkatkan kualitas audio kalian. Selamat menjelajahi dunia speaker yang penuh warna dan nikmati setiap nuansa suara yang dihadirkannya.

Demikianlah artikel finoo.id yang membahas tentang √ Cara Membaca Spesifikasi Speaker Agar Tak Salah Pilih. Semoga artikel kami dapat bermanfaat dan terimakasih telah membaca artikel kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *